TARUH KODE WIDGET SHOUTOXMU DI SINI

Jumat, 04 Maret 2011

Protes Seorang Mubaligh Kepada Panitia

Ada seorang kiai yang sangat ikhlas kalau ada panitia mengudang beliau untuk suatu acara pengajian. Beliau selalu menanyakan tempatnya sejauh apa, kendaraan apa saja yang bisa digunakan kesana. Biayanya lalu di hitung rinci, dari rumah ke terminal terdekat berapa? Dari terminal ke tempat pengajian berapa? Untuk semua rincian itu harus di sediakan pulang pergi.
“jangan sampai kurang,” kata seorang mubaligh selalu mengingatkan.
Satuketika mubaligh kita dianjurkan oleh panitia untuk menyewa kendaraan, karena medannya berat. Soal ongkosnya, nanti akan di ganti panitia. Maka, beliaupun menyewa mobil colt dan berangkat ke pengajian. Usai pengajian panitia menyerahkan amplop, tanpa konfirmasi biaya-biaya yang dikeluarkan kiai. Oleh kiai kita amplop itu langsung dibuka.
Di hitung-hitung ternyata isi amplop tidak bisa menutupi biaya yang telah di keluarkan. Segera sang mubaligh kita pun protes.
“ini kok Cuma enam puluh ribu. Sewa colt aja habis tujuh puluh lima ribu,” katanya.
Read More

Amal Jariah Seorang Mubaligh

Seorang mubaligh mudayang lain ketika akan berangkat ke pengajian di bari masukan oleh salah seorang panitia yang menjemputnya.
“Begini Kiai. Karena kami pengurus masjid ini membutuhkan dana untuk rehabilitasi maka mohon nanti di singgung mengenai fadhilah (keutamaan) infaq dan amal jariah,” kata panitia.
Mubaligh kita pun menjawab:
“ya, baik-baik,” katanya singkat.
Maka mubaligh muda itupun dengan semangat menganjurkan hadirin untuk bersikap ikhlas dan memperbanyak infaq, membudayakan akhlak yang murah, dermawan, apa lagi amal jariyah adalah kepentingan untuk masa depan di akhirat.
Begitu selesai pengajian dan mau pamitan, panitia memberikan amplop kepada mubaligh. Amplop di terima. Tapi teringat panitia membutuhkan dana rehabilitasi maka hampir berpikir panjang mubaligh itu berkata kepada panitia:
“amplop sudah saya terima. Terimakasih,” katanya.
“tapi, saya serahkan kembali kepada panitia sebagai amal jariah saya,” sang mubaligh melanjutkan.
Tentu saja panitia merasa senang sekali mendengar keikhlasan mubaigh kita ini.
“Wah, terimakasih kiai, terimakasih,” ungkap penuh gembira.
Selang berapa menit, panitia mengeluarkan tanda terima sebagai bukti sang mubaligh mengumbang pembangunan masjid. Begitu melihat angka dalam kuitansi, kiai muda itu tak bisa menahan kagetnya.
“ternyata isinya lumayan besar. Saya agak menyesal juga. Tahu begitu, separohnya saja tadi yang di sumbangkan,” cerita sang mubaligh.
Read More

Kiai Wahab Berbagi Rokok dengan Santri

“Kerjasama” dalam merokok merupakan tradisi yang berkembang di kalangan santri Tambak Beras Jombang. Setiap ada santri yang merokok akan di kerubuti oleh temannya, dan mereka antri menghisap secara bergantian. Untuk meminta jatah merokok, santri cukup bilang kepada temannya “sak sedotan,kang” (satu sedotan, kang).
Pada suatu malam Kiai Wahab Hasbullah duduk-duduk santai melihat-lihat bangunan pesantren sambil merokok. Di tengah kegelapan malam, rokok kretek yang di hisap kiai itu hanya kelihatan baranya. Siapa yang merokok tak tampak wajahnya.
Tiba-tiba datang seorang santri menghampirinya. Tanpa ragu-ragu santri itu mendekat kepeda Kiai Wahab, dan bilang “sak sedotan, kang”.
Tanpa komentar Kiai wahab langsung memberikan rokoknya kepada si santri. Dengan tenangnya santri tersebut menerima rook dan kemudian menghisabnya dalam-dalam.
Bara api rokok itu menerangi wajah Kiai Wahab. Baru sadar santri itu bahwa yang sedang di meintai rokok itu adalah Kiainya sendiri. Saking gugupnya santri itu lari sambil membawa lari rokok Kiai Wahab. Kiai pun mengejar sambil berteriak, “hei, rokokku.,.,.,.rokokku.,.,.,.”.
Read More